Sebagian besar masyarakat menempatkan kleptomania identik dengan tindakan mencuri, mengutil, atau apa pun sebutan lain yang setara. Orang dengan gangguan kleptomania disamakan dengan pencuri karena suka mengambil barang orang lain tanpa izin pemiliknya.
Ditinjau dari asal katanya, klepto memang berarti mencuri dan mania adalah dorongan yang terus menerus. Pengidap kleptomania selalu merasakan dorongan yang berlebihan dan terus menerus untuk mencuri. Jika niatnya tidak terwujud, pengidap kleptomania akan merasa tidak nyaman, gelisah, bahkan cemas, kata seorang psikolog.
Barang yang diambil oleh seorang kleptomania bukanlah yang bernilai tinggi, biasanya barang yang diambil barang kecil dan tidak berharga, atau setidaknya barang yang mereka anggap tidak berharga.Karena itulah mereka seringkali merasa tidak mencuri, padahal tindakan mengambil tanpa ijin yang dilakukan para kleptomania tetap saja masuk kategori mencuri.
Meski demikian, dihimbau agar masyarakat tidak menyamakan pengidap kleptomania dan pengutil dengan pencuri tulen. Tentu saja antara keduanya sangat berbeda. Pengidap kleptomania mencuri atas dorongan ingin mencuri yang berlebihan dan kadang tidak menyadari apa yang mereka lakukan, sedangkan pengutil melakukan pencurian atas dasar kebutuhan atau karena ingin memiliki suatu barang, tetapi tidak mampu membeli.
KURANG PERHATIAN
Sebutan kleptomania, hanya bisa ditujukan kepada anak usia sekolah dasar (SD) atau 10 tahun ke atas. Jika yang mengambil barang tanpa ijin itu anak usia 4 tahun, itu disebabkan pemahaman moral anak tersebut belum sempurna.
Anak di usia tersebut masih menganggap jika ia menginginkan sesuatu, tinggal ambil saja. Kondisi ini disebut self centered. Bila anak sudah memasuki bangku SD, apalagi usia remaja, barulah bisa disebut kleptomania.
Kleptomania umumnya disebabkan kurang harmonisnya hubungan seseorang dengan keluarga. Contohnya, anak kecil yang kurang mendapat perhatian atau kurang mendapat kontrol dari orangtuanya.
Latar belakang kehidupan keluarga yang harmonis sangat berpengaruh karena anak butuh di perhatikan dan dicintai, jika anak sampai merasa kehilangan cinta, ia bisa berubah menjadi sosok kleptomania.
Pengidap kleptomania seringkali menganggap tindakan mencuri yang dilakukan itu seperti mengambil dan menyimpan cinta atau kasih sayang yang hilang dari hidup mereka.
Hal ini pula yang membedakan pencuri sungguhan dengan kleptomania.Pencuri tulen akan menggunakan barang curiannya demi memenuhi kebutuhannya, sementara pengidap kleptomania lebih sering menyimpan barang curiannya. Bahkan, seringkali barang curian itu dibiarkan tergeletak begitu saja.
BISA SEMBUH SENDIRI
Hingga kini penyebab kleptomania belum diketahui secara pasti. Namun, belakangan para ahli mengaitkannya dengan gangguan obsesif kompulsif, gangguan mood, dan kondisi ketergantungan.
Para peneliti juga menyatakan bahwa kleptomania berkaitan dengan masalah pada zat kimia otak yang disebut serotin.Penelitian yang lebi lanjut masih diperlukan untuk menguak tabir kleptomania ini, sehingga bisa ditemukan terapi yang paling tepat. Jika dibiarkan, gangguan kleptomania bisa berlangsung hingga dewasa. Pada sebagian pengidap, kebiasaan ini bisa hilang perlahan-lahan seiring bertambahnya umur.
Bisa juga terjadi kondisi, si pengidap mulai menyadari bahwa tindakannya sama dengan mencuri, sehingga mulai mengontrol pikirannya agar berhenti mencuri.Kalau pengidap sudah menyadari perbuatannya itu salah, tetapi tidak bisa berhenti mencuri, sebaiknya meminta bantuan terapis (psikolog/psikiater). Terapi diberikan untuk mengubah sifat dan perilaku dengan cara memodifikasi pikiran.
Sebenarnya kleptomania bisa dicegah dengan memberikan perhatian yang cukup kepada anak. Tidak usah sampai di manja. Ini malah bisa membuat si anak manja ketika dewasa. Cukup dengan menciptakan suasana dan situasi anak merasa dicintai, diperhatikan, dan tidak sendirian.
Semoga bermanfaat, salam
Sumber:ghs
No comments:
Post a Comment