21 April 2009

MULTIPLE SCLEROSIS - RAWAN CACAT BILA TELAT TERDETEKSI

Di Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir ini penyakit Multiple Sclerosis ( MS ) atau sklerosis ganda mulai banyak meminta korban. MS datang tanpa diduga dan bila tidak diobati bisa menyebabkan kecacatan karena menyerang susunan saraf pusat, otak, dan tulang belakang.

Saat ini lebih dari 2,5 juta orang di dunia tercatat mengidap MS. Di Tanah Air, pelawak Pepeng sudah bertahun-tahun harus hidup di atas kursi roda akibat serangan penyakit ini, beliau mengalami kelumpuhan karena penyakitnya terlambat diketahui.

BANYAK LUKA PARUT

Menurut Dr. Alfred Sutrisno, Sp. BS, dari RS Pantai Indah Kapuk, Jakarta, MS merupakan salah satu penyakit yang menyerang sistem saraf pusat yang meliputi otak dan jaringan saraf sumsum tulang belakang.

MS terjadi dikarenakan rusaknya mielin, yaitu selubung yang melindungi serabut saraf pada sistem saraf pusat. Mielin diibaratkan jaringan pelindung pada kabel listrik yang memudahkan saraf mengirim impuls atau perintah dengan cepat. Kecepatan dan efisiensi impuls inilah yang memungkinkan tubuh dapat bergerak halus, cepat dan terkoordinasi.

Rusaknya mielin akan menyebabkan gangguan penyampaian pesan antara otak dan bagian tubuh lainnya. Lokasi terjadinya kerusakan mielin tampak sebagai daerah yang banyak parut atau luka yang mengeras di otak dan tulang belakang. Karena itulah, MS secara harafiah berarti luka parut yang banyak.

LETIH BERLEBIHAN

Gejala awal MS sangat bervariasi. Mulai dari penglihatan kabur, melemahnya otot dan anggota gerak, perasaan baal ( kebal ), gangguan keseimbangan,dan rasa letih berlebihan. Gejala ini kerap rancu dengan penyakit saraf lainnya, sehingga bisa tidak terdeteksi sebagai MS.

Bagi sebagian orang, MS menyerang dengan pola hilang - timbul. Bagi sebagian lainnya, MS menyerang dengan pola progresif yang semakin memburuk. Namun secara keseluruhan MS membuat kondisi hidup penderita jadi tak terduga. Beberapa penderita MS harus menghabiskan hidup di kursi roda, lumpuh total, bahkan buta. Statistik menyebutkan bahwa 1 dari 3 orang pasien MS akan menggunakan tongkat atau alat bantu lain sepanjang hidup.

Penyakit yang semula banyak mengenai ras Kaukasia ini menyerang usia produktif, antara 20 hingga 40 tahun. Wanita lebih rentan terkena MS daripada pria, dengan kemungkinan 3:2.

MASIH MISTERIUS

Prof. Dr. Jusuf Misbach, Sp.S (K), dari Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia ( PERDOSI ) mengatakan penyebab pasti MS belum dapat diketahui. Namun sebagian besar ahli medis berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang terlibat seperti virus, kondisi geografis, dan faktor keturunan. Meski belum ada kepastian apakah MS diturunkan, orangtua yang mengidap MS biasanya akan menurunkan penyakit ini ke anaknya.

Terkait dengan faktor geografis, orang yang hidup di daerah dingin lebih rentan terkena MS daripada yang tinggal di daerah panas. Namun kaitan MS dengan iklim panas dan dingin ini masih misterius.
Adapun teori mengenai kerusakan pada mielin mungkin terjadi akibat respon tidak normal dari sistem kekebalan tubuh ( gangguan autoimun ). Sistem kekebalan ini seharusnya melindungi tubuh dari serangan kuman. Pada kasus MS, sistem kekebalan malah menyerang jaringan tubuh sendiri.
Para ahli tidak mengetahui apa yang memicu sistem kekebalan tubuh menyerang mielin.
Satu teori menyebutkan virus yang mungkin sudah lama menetap dalam tubuh memainkan peran, yaitu mengganggu sistem kekebalan atau secara tidak langsung mengubah proses sistem kekebalan tubuh.

MINIMALKAN KECACATAN

Seperti yang diutarakan Dr. Alfred bahwa penyebab penyakit MS ini belum diketahui penyebabnya, maka pengobatannya juga hanya bersifat memperlambat memburuknya penyakit saja.
Ada 2 kategori terapi MS :
1. Pengobatan jangka pendek untuk mengobati gejala kekambuhan. Biasanya pasien akan diberi steroid.
2. Pengobatan modifikasi untuk menurunkan jangka waktu serangan gejala. Terapi ini sekaligus untuk menurunkan akumulasi kecacatan.

Obat yang dipakai berupa injeksi obat jenis beta interferon 1b. Untuk mendapatkan hasil maksimal, terapi ini harus dilakukan sedini mungkin dan berkesinambungan agar perkembangan MS bisa ditekan dan kemungkinan cacat pada pasien dapat dikurangi. Pengobatan MS lebih baik dilakukan segera untuk mencegah kecacatan permanen pada pasien.

Jika pasien menjalani terapi ini ketika sudah cacat, cacatnya tak bisa disembuhkan. Namun paling tidak frekuensi kekambuhannya bisa dikurangi, ujar Prof Jusuf. Tindakan operasi juga tidak akan membawa hasil karena operasi tidak dapat memperbaiki kerusakan anatomis dari mielin, kata Dr. Alfred.

GEJALA SANGAT BERVARIASI

Gejala MS bervariasi tergantung pada area sistem saraf pusat yang terkena. Tidak ada pola khusus pada MS. Setiap pasien memiliki ciri khas gejalanya masing - masing, yang bentuknya bervariasi dari waktu ke waktu.
Tingkat keparahan serta lamanya serangan juga dapat berubah. Kebanyakan pasien mengalami lebih dari satu gejala.

Gejalanya antara lain :

1. Gangguan penglihatan : penglihatan kabur, ganda, gerakan mata tidak terkontrol,
buta total ( jarang terjadi ).
2. Gangguan keseimbangan dan koordinasi: hilang keseimbangan tubuh, gemetar
(tremor), ketidakstabilan berjalan ( ataksia ), pusing ( vertigo ), kekakuan
anggota gerak gangguan koordinasi gerak, melemahnya kemampuan gerak, terutama di
kaki, kejang ( spasme ).
3. Perubahan rasa/ sensasi: merasa baal ( kebal ), merasa kebas, merasa seperti
ditusuk jarum, merasa seperti terbakar, merasa nyeri, seperti nyeri di wajah dan
nyeri otot.
4. Gangguan kemampuan bicara : bicara menjadi lambat, bicara seperti menggumam,
perubahan ritme bicara, sulit menelan.
5. Rasa letih berlebihan : perasaan letih datang tidak terduga dan tak sebanding
dengan aktivitas yang sedang dikerjakan. Rasa letih berlebihan ini adalah gejala
penyakit MS yang paling umum dan dirasakan paling menyusahkan penderitanya.
6. Gangguan kandung kemih dan usus besar: sering buang air kecil, buang air kecil
tapi tidak tuntas, atau tidak dapat menahan kencing, gangguan usus meliputi
konstipasi, sembelit dan diare.
7. Gangguan seksual: yang meliputi berkurangnya kemampuan seksual dan kehilangan
gairah.
8. Sensitif terhadap panas.
9. Gangguan kognitif dan emosi seperti kehilangan memori jangka pendek serta
menurunnya kemampuan konsentrasi dan daya nalar.


MS TAK SELALU MEMBURUK

* MS HILANG TIMBUL:

Pada MS jenis ini, terjadi beberapa kali kekambuhan ( serangan ) yang tidak terduga. Dapat timbul gejala-gejala baru atau memburuknya gejala yang sudah ada. Serangan ini dapat berlangsung dalam hitungan hari atau bulan, serta dapat pulih secara sebagian ( parsial ) atau total. Jenis ini dapat bersifat tidak aktif selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.

* MS JINAK :

Setelah satu atau dua kali serangan dan kemudian pulih total. MS ini tidak memburuk dan tidak timbul kecacatan permanen. Jenis ini hanya bisa diidentifikasi bila terdapat cacat ringan yang timbul pada waktu 10-15 tahun setelah serangan dan pada awalnya dapat dikategorikan sebagai MS hilang-timbul. Jenis yang jinak ini cenderung berhubungan dengan gejala-gejala yang tidak parah ketika terjadi serangan.

* MS PROGRESIF SEKUNDER :

Bagi beberapa orang yang awalnya mengalami MS hilang-timbul, dalam perjalanan penyakitnya ada bentuk perkembangan lebih lanjut yang mengarah pada ketidakmampuan yang bersifat progresif dan seringkali disertai kekambuhan terus-menerus.

* MS PROGRESIF PRIMER :

Pada MS ini tidak ada serangan yang parah. Namun ada serangan-serangan kecil dengan gejala yang terus memburuk. Terjadi satu akumulasi yang memburuk dan ketidakmampuan yang dapat membawa penderita pada tahap yang semakin buruk atau terus berlanjut hingga berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.


OBAT BARU UNTUK PENDERITA MS

Obat yang masih dalam taraf eksperimen, yang disebut fampridine , diperkirakan dapat meningkatkan kemampuan berjalan pada beberapa pasien MS ini.
Para peneliti melaporkan hasil eksperimen tersebut dalam jurnal kedokteran terkemuka, The Lancet, belum lama ini, seperti dikutip situs kesehatan WebMD.
Studi tersebut mengambil responden 301 orang dari Amerika Serikat dan Kanada yang mengidap MS. Kesemuanya merupakan kelompok usia dewasa. Pada awal studi, dicatat kecepatan jalan para pasien ini dalam menempuh jarak sepanjang 25 kaki ( sekitar 7,6 meter ).

Setelah itu para pasien selama seminggu hanya mengonsumsi pil plasebo, dan kemudian mereka mendapat fampridine ata plasebo dua kali sehari selama 14 minggu. Selanjutnya, selama 1 bulan terakhir masa studi,mereka tidak diberi fampridine maupun plasebo.

Hasil dari studi tersebut 25% pada kelompok pasien yang mendapati fampridine, kecepatan dalam berjalan meningkat, sementara pada pasien plasebo hanya 5% yang mengalami peningkatan kecepatan berjalan.

Seperti yang di tulis, para peneliti ( Andrew Goodman, MD, dari University of Rochester ) mempunyai bukti bahwa pengobatan dengan fampridine secara klinis menunjukkan peningkatan berarti dalam kemampuan berjalan pada sejumlah pasien MS.
Para peneliti juga melaporkan 2 efek samping yang cukup serius yang mungkin timbul berkaitan dengan penggunaan fampridine. Ada 1 pasien yang mengalami efek samping berupa kecemasan yang cukup berat, dan kasus lain mengalami kejang-kejang akibat infeksi berat.

Hasil-hasil studi itu memang sangat menarik, tetapi perlu pemahaman yang lebih baik tentang keuntungan dan resiko penggunaan obat tersebut, termasuk dalam menentukan pasien mana yang tepat diberi fampridine.

Para penulis studi tersebut, salah satunya Alan Thompson, FRCP, FRCPI, dari University College London's Institute of Neurology inggris, menyatakan bahwa diperlukan kriteria tertentu bagi pasien yang hendak diberi pengobatan dengan fampridine. Obat baru ini kemungkinan besar tidak tepat diberikan kepada pasien yang memiliki riwayat kejang, seperti yang terjadi pada penderita epilepsi.


Semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua...

Sumber:GHS

No comments:

Post a Comment