18 August 2009

ASAP HIO & OBAT NYAMUK, PICU KANKER PARU


Asap yang menguap dari pembakaran hio dan obat nyamuk ternyata mengandung zat karsinogen ( pemicu kanker). Berbagai penelitianpun mengungkapkan bahwa paparan asap-asap tersebut dalam jangka lama dapat menyebabkan terjadinya penyakit pada saluran pernapasan atas dan juga meningkatkan risiko penyakit kanker paru.

Hio masih banyak digunakan di Asia dan India, tidak hanya berkaitan dengan ritual agama tertentu. Berkembangnya terapi aroma, yang antara lain berupa hio, penggunaannya makin meluas. Tidak heran, kita sering menjumpai hio yang dibakar di rumah, restoran, spa, bahkan kantor. Banyak orang di Amerika Serikat dan negara Barat juga tertarik pada hio.

Sebagai terapi aroma, hio memberi efek rileksasi. Namun, dibalik itu, mengintai bahaya besar. Beragam jenis tanaman dan minyak digunakan untuk membuat hio. Ketika hio dibakar, banyak dari campuran ini menghasilkan zat pemicu kanker ( karsinogen) yang sama yang diproduksi asap rokok.

Karena itu, paparan asap hio dalam jangka panjang dapat menyebabkan resiko kanker, terutama pada pernapasan, misalnya kanker paru sel skuamosa.Ini adalah tipe kanker paru yang banyak ditemui pada perokok.
Demikian diungkapkan Jeppe T. Friborg, MD, Ph.D, dari Departement of Epidemiology Research, Statens Serum Institute,Kopenhagen, Denmark.


VENTILASI HARUS BAIK

Studi untuk mengetahui dampak paparan asap hio dalam jangka panjang terhadap resiko kanker juga dilakukan di Singapura. Lebih dari 60.000 etnis Cina yang tinggal di Singapura menjadi responden penelitian besar ini, yang dilakukan antara tahun 1993-1998 dan 2005. Tidak ada responden yang memiliki kanker pada awalnya. Mereka diwawancarai secara rinci mengenai pola makan dan gaya hidup, termasuk paparan asap hio. Sekitar 3/4 responden ( pria dan wanita ) dilaporkan sebagai pengguna hio tetap. Di akhir studi diketahui bahwa 325 orang mengalami kanker saluran pernapasan atas dan 821 orang menderita kanker paru.

Atas berbagai hasil penelitian itu Dr. Norman Edelman dari the American Lung Association berujar " ini mungkin tidak sebanding dengan merokok sebungkus sehari selama 20 tahun, tetapi tetap saja berbahaya."
Pesan serupa juga diungkapkan Len Lichtenfeld, MD, dari American Cancer Society. Resiko ini benar-benar nyata, sebaiknya tidak diremehkan.
Meski demikian bukan berarti kita sama sekali tidak boleh membakar hio. Demi menghindari efek samping, dianjurkan bahwa ventilasi atau sirkulasi udara yang baik harus diperhatikan bila kita ingin membakar hio, atau gunakan hio seminimal mungkin.


OBAT NYAMUK

Polusi di dalam rumah juga datang dari obat nyamuk bakar, yang masih banyak digunakan di kawasan Asia, Afrika, dan Amerika Selatan.
Sekitar 50% kematian karena kanker paru di Taiwan tidak terkait kebiasaan merokok, tetapi bersumber pada obat nyamuk bakar. Studi yang dilakukan oleh para ahli dari Institute of Medicine, Chung Shan Medical University, Taichung, Taiwan, menunjukkan hal tersebut.

Studi ini dilakukan berdasar kasus di Rumah Sakit. Responden adalah 147 pasien kanker paru dan 400 orang sebagai kelompok kontrol. Mereka diberi pertanyaan menyangkut data demografi, pekerjaan, gaya hidup, paparan lingkungan di dalam ruangan ( termasuk kebiasaan merokok, metode memasak, penggunaan hio dirumah, dan paparan asap obat nyamuk), juga ditanya tentang riwayat kanker dalam keluarga serta riwayat medis.

Hasilnya, paparan asap obat nyamuk paling sering ditemukan pada pasien kanker paru dibanding kelompok kontrol ( 38,1%:17,8% ). Resiko kanker paru secara bermakna lebih tinggi pada mereka yang sering ( lebih dari 3 hari dalam seminggu) menggunakan obat nyamuk bakar daripada yang tidak menggunakan.
Pada penelitian lain terhadap 4 merek obat nyamuk bakar buatan Cina dan 2 merek dari Malaysia, diketahui adanya kandungan Polycylic Aromatik Hydrocarbons (PAHs), Aldehydes, dan Ketones.
Kandungan polutan pada produk Malaysia lebih tinggi daripada produk Cina. Dalam asap obat nyamuk itu juga teridentifikasi komponen minyak terbang organik, termasuk karsinogen dan yang diduga karsinogen.

Dari studi tersebut terungkap bahwa paparan asap obat nyamuk bakar beresiko menyebabkan gangguan kesehatan akut maupun kronis. Itu karena asap obat nyamuk mengandung komponen yang dapat memberi efek iritasi sangat kuat pada saluran pernapasan atas, seperti formaldehida dan asetaldehida.

Para peneliti dari UC Riverside juga melaporkan dalam jurnal Environtmental Health Perspectives bahwa obat nyamuk bakar dapat melepaskan zat penyebab kanker.
Bob Krieger, Travis Dinoff, dan Xiaofei Zhang dari Departement Entomologi menggunakan obat nyamuk dari Asia yang dijual di California Selatan, menemukan bahwa produk tersebut mengandung S-2 atau Octachlorodipropyl Ether, yang sudah dilarang peredarannya di Amerika Serikat.

Sangat mungkin juga obat nyamuk ini memapar penggunanya dengan bischhloromethyl Ether atau BCME, karsinogen paru yang kuat.
Paparan tinggi terjadi jika obat nyamuk itu digunakan sepanjang malam. Pasalnya, penjualan produk ini di AS tidak mencantumkan kandugan S-2, sehingga bisa disinyalir bahwa itu ilegal.



SETARA ROKOK

Membakar satu obat nyamuk akan melepaskan PM2,5 sama besarnya dengan membakar 75-137 batang rokok. Emisi formaldehida dari satu obat nyamuk juga sama dengan membakar 51 batang rokok.
PM2,5 adalah partikel sangat kecil di udara ( polutan ) dengan diameter 2,5 mikrometer atau lebih kecil, yang dapat menyebabkan penyakit pada pernapasan dan pembuluh darah jantung. Partikel ini umumnya datang dari aktivitas pembakaran.

Perkiraan tersebut karena orang biasanya membakar obat nyamuk dalam ruang sempit dan tertutup. Di dalamnya anak-anak dan orang dewasa tidur, sehingga konsentrasi partikel yang terhirup sangatlah besar.
Banyak orang juga biasanya membakar obat nyamuk sepanjang malam, setiap hari, selama bertahun-tahun, sehingga memberi akumulasi efek yang membahayakan.


TEMPAT-TEMPAT BERASAP

Ada 4 tempat yang sering dipenuhi asap rokok:

1. TEMPAT KERJA: walaupun saat ini sudah mulai banyak perusahaan yang mengeluarkan larangan merokok di dalam ruang kerja, tempat kerja masih menjadi sumber tertinggi polusi asap rokok. Padahal, kondisi ini dapat meningkatkan resiko penyakit jantung dan kanker paru di antara pekerjanya.

2. RUANG PUBLIK

Kita mudah terpapar asap rokok di pusat perbelanjaan, restoran, kendaraan umum, sekolah, bahkan rumah sakit. Memang ada peraturan daerah, terutama di DKI Jakarta, tentang pelarangan merokok di tempat-tempat umum, tetapi kesadaran orang untuk mentaatinya masih rendah.

3. RUMAH

Demi kesehatan keluarga semestinya rumah bebas dari asap rokok. Perlu diketahui bahwa paparan asap rokok berkaitan dengan kasus asma, infeksi paru, dan infeksi telinga pada anak-anak. Mungkin kita tidak merokok, tetapi kita kedatangan tamu atau kerabat yang seenaknya merokok. Coba bersikap tegas atas hal ini.

4. KENDARAAN

Mobil juga potensial menjadi tempat paparan asap rokok. Banyak warga kota besar menghabiskan banyak waktu di dalam mobil karena macet. Tidak jarang di mobil ada orang lain atau si pengemudi merokok. Anak-anak sekolah yang menyewa kendaraan antar-jemput, juga rentan terpapar karena kebanyakan pengemudinya merokok.

PENYEBAB LAIN

Faktor-faktor yang membuat kemungkinan seseorang untuk terkena kanker paru meningkat, antara lain:

* Merokok. Lebih dari 90% kasus kanker paru diakibatkan oleh kebiasaan merokok.
* Paparan Asap. Tidak merokok, tetapi seringkali terpapar asap rokok.
* Mengisap ganja. Ganja mengandung lebih banyak tar dibanding tembakau, dan biasanya orang mengisapnya dalam-dalam, juga mengisapnya sampai habis sebatang, sehingga besarlah terkena resiko kanker paru.
* Peradangan berulang. Misalnya karena TBC dan Pneumonia.
* Bubur talk. Beberapa studi terhadap penambang talk berisiko tinggi terkena kanker paru dan penyakit pernapasan lainnya, akibat paparan talk dalam ukuran industrial. Bedak talk dibuat dari mineral talk yang dalam bentuk aslinya mengandung asbes. Namun, bila sudah diproduksi menjadi bedak bayi atau bedak untuk wajah, sudah bebas dari asbes.
* Paparan bahan penyebab kanker di tempat kerja. Seperti uranium, arsenik, vinyl chloride, nikel, bensin, batubara, dll.
* Riwayat kanker paru dalam keluarga.
* Polusi Udara.
* Pola makan.
* Radon. Ini gas radioaktif yang tidak terlihat, tidak berbau, dan tidak terasa. Merupakan produk yang dihasilkan uranium.



Semoga bermanfaat, salam
Sumber:GHS

No comments:

Post a Comment