11 September 2009

KIAT HINDARI KESALAHAN MEDIS

Kita tentu sering mendengar, pasien dirugikan oleh pihak layanan medis. Kesalahan medis terjadi bila sudah direncanakan tetapi tidak seluruhnya membuahkan hasil, atau rencana terapi sudah salah sejak awalnya, sehingga merugikan pihak pasien.

Kesalahan medis dapat terjadi di bagian mana saja dari unit layanan medis, seperti Rumah Sakit, Klinik, Puskesmas, Praktik Dokter, Rumah Bersalin, atau di Apotek, yang bisa menyangkut urusan obat, tindakan bedah, diagnosis, alat periksa, dan laboratorium.

Berikut kiat menghindari kesalahan medis agar tidak terjadi:

1. Perlu terlibat atau dilibatkan pihak layanan medis untuk setiap keputusan yang akan diambil dalam upaya penyembuhan penyakit. Selama dokter dalam proses pengambilan keputusan, jangan sungkan untuk ikut terlibat atau minta dilibatkan, betapa sederhana pun keputusan yang akan diambil dokter, perawat, atau bidan.

2. Tanyakan bahaya atau yang mungkin terjadi andai tidak diberi obat atau tidak dilakukan tindakan. Keputusan dokter seberapa penting, dan seberapa resiko bahaya, serta efek samping yang diperkirakan bakal muncul. Adakah pilihan lain, dan seberapa daruratnya kalau masih ada waktu untuk menunggu.

3. Pastikan kembali bahwa dokter yang merawat mengetahui apa saja yang sudah Anda peroleh, baik dalam hal tindakan maupun obat-obatan sebelumnya. Kalau perlu, ulang kembali apa saja yang sudah diperiksa dan hasilnya, obatnya berapa macam, serta diet apa yang sudah ditempuh.

4. Pastikan dokter tahu persis apakah Anda mengidap alergi atau tidak tahan terhadap obat-obatan tertentu. Kasus alergi hebat yang bisa mengancam nyawa bisa terjadi pada mereka yang berbakat alergi, misalnya pada kasus sindroma Steven Johnson, kulit sekujur tubuh tumbuh gelembung-gelembung beberapa saat setelah mengonsumsi sejenis obat yang pasien tidak tahan menerimanya.

5. Jangan sungkan bertanya apa nama obat yang diresepkan. Dengan demikian, jika pihak apotek juga kesulitan membaca resep, Anda bisa membantu. Tidak sedikit korban kesalahan membaca resep, apalagi jika pihak apotek tidak minta konfirmasi kepada dokter.

6. Jangan sungkan berdiskusi dengan dokter, kendati dalam praktiknya tidak mudah. Paling tidak bertanya tentang obat yang diresepkan. Pasien berhak tahu untuk apa obat yang diberikan,kenapa harus obat itu, berapa lama harus dikonsumsi, serta efek sampingnya.

7. Tanyakan pula apa yang harus dilakukan sekiranya efek samping muncul. Apakah boleh dicampur dengan obat atau diet lain. Makanan, minuman, dan kegiatan apa yang tidak dibolehkan sehabis mengonsumsi obat?

8. Tanyakan kepada petugas apotek, apakah obat yang diberikan sesuai dengan resep dokter. Sekiranya ada obat yang diganti, sudahkan pihak dokter diberi tahu?

9. Bila kurang mengerti membaca label pada kemasan obat, jangan ragu untuk bertanya. tidak sedikit pasien yang kurang memahami instruksi yang tertulis pada label obat, seperti 3x2 tablet/sehari, atau 4x3 tetes telinga kanan/sehari, atau 2x2 kapsul/sehari. Kesalahan membaca instruksi akan berarti tidak tepatnya obat digunakan.

10. Dalam hal membaca takaran obat, khususnya obat dalam bentuk cairan, yang sering terjadi kesalahan takaran sendok makan, sendok teh, dan berapa kali diminum dalam sehari. Ukuran sendok rumah tangga tidak sama dengan ukuran sendok obat. Lebih baik gunakan sendok obat daripada sendok dapur. Sendok makan obat berarti 15 ml dan sendok teh berarti 10 ml.

11. Sebaiknya Anda mencatat peringatan efek samping obat. Efek samping apa saja yang mungkin muncul. Tidak semua orang sama respons tubuhnya terhadap obat yang sama. Ada yang lebih peka atau tidak mengganggu, sehingga pengalaman orang lain belum tentu layak didengar.

12. Anda yang punya sakit maag sebaiknya waspada jika diberi obat encok atau obat pereda nyeri. Tidak salah untuk selalu memberitahu kondisi lambung setiap berobat ke dokter yang belum mengenal Anda.

13. Pikirkan untuk memilih Rumah Sakit yang sudah berpengalaman dalam tindakan bedah tulang, carilah rumah sakit yang sudah sering melakukan tindakan tersebut. Tidak ada salahnya selalu meminta pendapat kedua kepada dokter ahli lain.

14. Pastikan, saat pulang dari perawatan rumah sakit, kita tidak membawa kuman ganas ke rumah. Caranyaa, basuh tangan lebih bersih dengan antiseptik saat meninggalkan rumah sakit, termasuk keramas, menukar pakaian rumah sakit, dan langsung berganti pakaian dan mencucinya setiba dirumah.

15. Sebelum pulang dari rumah sakit, tanyakan lebih rinci kepada dokter yang merawat, apa obat yang harus diminum di rumah, sampai berapa lama, dan apa yang harus dilakukan dengan bekas operasi atau bekas tindakan. Apa yang harus dilakukan jika terjadi sesuatu dan kapan kembali kontrol.

16. Jika harus menjalani pembedahan, pastikan dokter, perawat, dan petugas kamar bedah tahu bagian tubuh dan sisi mana yang akan dibedah. Tidak jarang, operasi lutut sebelah kanan, dokter membedah lutut kiri.

17. Bila masih ada yang meragukan atau ada kesangsian terhadap dokter, jangan ragu bertanya ulang sampai jelas benar. Contohnya, apakah pembedahan memang satu-satunya pilihan. Jika tidak dilakukan, apa akibat buruk medisnya? Tidak jarang sehabis dilakukan tindakan bedah atau tindakan medis, keadaan menjadi tambah buru.

18. Pastikan dokter yang merawat terus memonitor Anda sehabis melakukan tindakan medis karena dokter cenderung berpraktik di lebih satu rumah sakit. Tidak jarang komplikasi suatu tindakan luput termonitor sebab dokter sudah tidak berada di tempat lagi. Untuk itu, Anda perlu memiliki informasi jadwal praktik dokter yang merwat Anda setiap hari, untuk jaga-jaga seandainya terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

19. Selain dokter yang melakukan tindakan medis,, pastikan perawat, petugas kamar bedah, dan semua yang terlibat mengetahui segala hal-ikhwal yang sudah dilakukan terhadap Anda. Maksudnya, sekiranya ada hal-hal atau komplikasi yang timbul beberapa waktu setelah tindakan medis, tidak sulit untuk menelusurinya. Rekam medis saja sering tidak cukup.

20. Pastikan ada yang mendampingi Anda saat komunikasi dengan dokter yang akan melakukan tindakan medis. Dengan demikian, sekiranya terjadi penyimpangan, kejadian di luar rencana atau prosedur tidak akan sampai menimbulkan salah paham atau kecurigaan.

21. Jangan beranggapan semakin banyak tindakan, semakin banyak jenis obat diberikan atau pemeriksaan dilakukan, akan memberikan kebaikan bagi kesehatan. Sebaliknya, seberapa bisa membatasi tindakan medis, terlebih yang bersifat invasif ( bedah, tindakan suntikan, pemeriksaan dengan radioaktif, pemeriksaan dengan cairan kontras, pemeriksaan dengan manipulasi bagian dalam tubuh). Kalau boleh tidak dilakukan, sebaiknya tidak dilakukan.

22. Betapa mudah dan sederhananya setiap tindakan invasif, seperti memasukkan pipa, selang, atau bahan pemeriksa ke dalam tubuh, selalu ada resiko jeleknya.

23. Setiap kali dokter meminta pemeriksaan, baik laboratorium, pemotretan organ, atau apa saja, Anda harus tahu hasilnya. Tentu perlu bertanya sebelum semua anjuran pemeriksaan itu dilakukan, apa tujuannya, dan apa yang diharapkan. Tanpa kabar medis dari dokter, bukan berarti selalu berita baik.

24. Pastikan jika dokter melakukan tindakan medis atau pemberian obat penemuan baru atau peralatan medis baru, temuan itu sudah aman dan menempuh uji klinis atau uji aman berdasarkan laporan ilmiah, dan sudah disetujui oleh badan pengawasan obat setempat atau internasional.



Semoga bermanfaat, salam
Sumber:GHS


No comments:

Post a Comment