Anoreksia adalah perasaan takut gemuk yang sering melanda kalangan gadis remaja. Penderitanya bertubuh kurus kering, tapi tidak mau makan karena takut gemuk. Penelitian terbaru menyatakan, anoreksia ternyata ada urusannya dengan genetik.
Penderita anoreksia sebenarnya tidak terlalu kentara di kalangan awam.Penderita anoreksia tubuhnya sangat kurus kering, tetapi tetap saja mati-matian tidak mau makan karena takut gemuk.
Penderita anoreksia terus menerus merasa lapar, namun mengabaikan rasa lapar itu dan hanya makan sedikit sekali.Dalam kasus yang sangat ekstrim, mereka membiarkan diri sendiri tidak makan sama sekali. Membiarkan diri kelaparan karena mereka yakin mereka gemuk.
Para ahli percaya, kelainan itu disebabkan tekanan sosial dan psikologi terhadap gadis remaja untuk tetap langsing. Banyak pihak menyalahkan pencitraan aktris dan model Hollywood yang keterlaluan langsingnya membuat remaja ikut-ikutan ingin langsing.
TINGKAT KEMATIAN
Tingkat kematian karena anoreksia terhitung tinggi. Karena itu, kelainan ini merupakan penyakit mental serius. Sekitar 20% kasus sifatnya fatal. Hanya sekitar 30% gadis remaja yang menderita anoreksia berhasil disembuhkan.
MUTASI GENETIK
Penelitan terakhir menemukan bahwa anoreksia tidak seluruhnya disebabkan kelainan psikologis. Para peneliti di Belanda meneliti DNA 145 pasien anoreksia. Mereka menemukan bahwa 11 % dari mereka mengalami mutasi genetik. Para ahli menemukan bukti bahwa anoreksia mungkin memiliki komponen genetik.
Mutasi gen untuk mendapatkan kelainan anoreksia ini, kata para ahli hanya sekitar 1 diantara 200. Namun, jika ada anggota keluarga yang anoreksia, kemungkinan menderita anoreksi naik menjadi 1 diantara 30. Riset terhadap anak kembar membuktikan bahwa ketika seorang anak kembar menderita anoreksia, ada kemungkinan 50% bahwa saudara kembarnya juga bakal tertular terkena anoreksia.
Peneliti dari AS pernah melakukan riset pada tikus yang sepertinya menderita kelainan anoreksia. Hewan tersebut tidak hanya obesitas, tapi juga memiliki warna kuning.
Pada 1994, mereka akhirnya menemukan faktor penting, yaitu sebuah protein yang disebut Agouti.Protein itu ditemukan di kulit dan bertanggung jawab dalam pembentukan pigmen. Zat sama yang juga dikenal sebagai AgRP ( Agoulti Relted Protein ) juga ditemukan di otak dan bertanggung jawab menstimulasi keinginan makan.
Terlalu banyak AgRP menyebabkan kita jadi rakus. Dr. Roger Adan dari Rudolf Magnus Institut di University of Utrecht, yang memimpin penelitian di Belanda, mengatakan bahwa terlalu sedikit protein AgRP ada hubungannya dengan anoreksia.
dalam penelitian yang ditebitkan di journal Molecular Psychiatry itu, mereka mengambil contoh darah 145 pasien. Dari situ mereka menemukan 16 pasien membawa mutasi gen yang memproduksi protein AgRP.
Penemuan itu tidak menemukan penyebab anoreksia, tapi menemukan koneksi yang sangat jelas.
Para ahli tersebut juga bekerjasama dengan Dr. Annemarie van Elburg, psikiater anak dan kepala program eating disorder di Rumah Sakit Utrecht. Menurutnya ketika seseorang dengan mutasi gen mulai turun berat badannya, itu akan memicu gen cacat yang termutasi itu jadi aktif.Namun hal itu masih perlu dibuktikan. lewat penelitian lanjutan. Langkah selanjutnya adalah meneliti apakah orang tua pasien anoreksia juga memiliki mutasi gen ketika masih anak-anak.
JANGAN ANGGAP ENTENG
Kelainan seperti anoreksia tidak bisa dipandang enteng. Sebab belum ada obat untuk menyembuhkannya. Seringkali pasien mendapatkan pengobatan psikiater. dan mereka didorong untuk menaikkan berat badan dengan harapan ketika tubuh pasien berubah, pikirannya juga berubah.
Meskipun demikian, hasil penelitian baru yang mengungkapkan bahwa anoreksia bukan semata kelainan psikologis ini bakal memberi harapan pengobatan baru. Ada harapan bakal ada obat-obatan baru untuk memengaruhi gen yang termutasi itu.
Semoga bermanfaat,Salam
Sumber GHS
No comments:
Post a Comment